Selamat Datang Di Website Oi Kota Bekasi
http://oi-kotabekasi.blogspot.com/p/oi-kota-bekasi-peduli.html

Rabu, 20 Juni 2012

Gedong Papak, Bangunan Sejarah di Bekasi

Bangunan itu saksi perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan.
Tidak banyak orang yang tahu, bahkan warga Bekasi sendiri, jika Mushala bernama “Gedong Papak” yang mereka gunakan untuk beribadah adalah sebuah cagar budaya yang mempunyai sejarah panjang. Bangunan itu saksi perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan.

Gedong Papak yang berada di depan Kantor KPU Kota Bekasi di Jalan H Juanda Margahayu Bekasi Timur Kota Bekasi, Jawa Barat, sudah sekitar 7 tahun ini, memang beralih fungsi menjadi sebuah tempat ibadah.





Gedong Papak sendiri dibangun sekitar tahun 1930 oleh tuan tanah asal Tionghoa bernama Lee Guan Tjin, yang dikenal sangat dermawan dan cinta Indonesia. Tahun 1945 bangunan ini diserahkan kepada pejuang Bekasi. Setelah Indonesia merdeka, bangunan itu menjadi rumah dinas Bupati ataupun Walikota.  "Barulah pada 2004 di bawah kepemimpinan Walikota Akhmad Zurfa’ih, bangunan bersejarah itu dijadikan mushala,” jelas pengamat sosial dan budaya Bekasi, Andi Sopandi.

Kini Gedong Papak selain digunakan untuk shalat, juga digunakan untuk berbagai kegiatan keagamaan lainnya di bulan suci Ramadan. Mushala itu sendiri mampu menampung hingga 50 orang jamaah.
Bangunannya sendiri terdiri dari dua lantai, lantai satu untuk mushala sedangkan lantai dua untuk Kantor Komisi Pemberantasan AIDS Daerah Kota Bekasi.

Sayangnya, lanjut Andi, karena Pemerintah Kota Bekasi kurang peduli terhadap peninggalan bersejarah, banyak generasi muda yang tidak tahu jika Gedong Papak ini pernah menjadi tempat berkumpulnya para pejuang Bekasi. "Saya sudah mengusulkan agar di depan Gedong Papak dipasang papan informasi mengenai sejarah Gedong Papak,” kata Andi.

Nama Gedong artinya bangunan atau rumah, sedangkan Papak berasal dari kata pak-pak atau rumah yang atapnya tidak ada genteng tapi diplester atau diratakan (masyarakat Bekasi menyebutnya pak-pak).

Meski mengaku tidak mempermasalahkan beralih fungsinya Gedong Papak menjadi mushala, namun Andi meminta kepada pemerintah, untuk menjadikan bangunan itu sebagai museum ataupun tempat seminar dan diskusi. “Supaya semua orang bisa masuk ke dalam Gedong Papak, untuk mengenal sejarah Bekasi. Mushalanya dipindahkan ke tempat lain saja, yang kira-kira lebih bagus dan representatif,” pungkasnya.